Laman

Rabu, 01 Juli 2015

Rembang Kotaku, Budayaku

Rembang

Rembang adalah sebuah kota kecil yang tidak terlalu banayak di kenal oleh khalayak umum. Setiap kali kaki ini berpijak, selalu ada yang bertanya, "Mbak, asli mana?" setelah saya jawab dari Rembang, pertanyaan yang kedua sudah pasti, "Rembang itu mana?". Pasti seperti itu.
Namun walau bagaimanapun, Rembang adalah tempat di mana aku di lahirkan dan di besarkan. Aku patut bangga berasal dari Rembang.

Rembang adalah sebuah kabupaten yang terletak di Jawa Tengah. Tepatnya kabupaten ujung timur dari propinsi Jawa Tengah sebelah utara. Kota ini terkenal dengan garamnya. Di mana ada sebutan bahwa Rembang adalah Kota Garam. Karena memang Rembang adalah daerah pesisir, dekat dengan Laut Utara. maka dari itu ada banyak tambang garam di kota ini. Sebagian besar penduduk di Rembang bermatapencaharian nelayan.  Namun sebagian juga bermatapencaharian sebagai petani. Karena Rembang adalah kota yang masih asri walaupun panas karena dekat dengan pantai.

Walaupun kami orang pantai, namun kami tetap membudayakan budaya adat jawa asli. Bahasa yang kami gunakan juga bahasa halus, meskipun ketika berbicara pada teman sebaya menggunakan bahasa ngoko, namu ngoko alus. Di daerahku sendiri yaitu Desa Pandangan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang, Budaya yang paling menonjol adalah "Sedekah Laut". Karena memang kita melakukan itu tiap tahun. Yang sering kita lakukan saat itu adalah membuang sesaji yang telah di buat oleh warga setempat k laut. Banyak sekali kapal yang mengiringi pembuangan sesaji pada saat-saat itu.
Biasanya sesaji itu terdiri dari kepala kambing utuh yang sudah di masak, ayam utuh yang sudah di masak, bucu, kembang-kembangan, serta bentuk-bentuk sakral yang di buat oleh warga dari daun kelapa muda.
Sedekah Laut di percaya agar tangkapan ikan bertambah banyak. Entah percaya atau tidak, memang itulah yang sudah di lakukan turun-temurun dari nenek moyang kita.
Kota kecil ini juga mempunyai banyak sekali kuliner, seperti garangasem, pindang ikan/tempe, kawis dalam berbagai olahan.
1. Garangasem, adalah sebuah masakan tradisional seperti kuah yang ada ikannya dan di kasih bumbu cabe, bawang merah, bawang putih, kunyit, laos, merica, ketumbar, jinten, daun salam, daun jeruk, dan garam. Semua bumbu tersebut di haluskan. Biasanya ikan yang di gunakan adalah ikan tongkol, pethek, dll. Garangasem banyak di gemari oleh wisatawan. Karena selain enak, seger, lezat, juga menambah nafsu makan. Siapapun yang makan dengan garangasem di jamin nambah nasi.
Garangasem khas Rembang
2. Pindang ikan/tempe, adalah sama halnya garangasem, namun tak terlalu ribet bumbunya. Cukup kita kasih cabe, bawang merah dan putih, tomat di potong. Kemudian kasih garam. Pindang juga tak kalah enaknya dengan garangasem.
Buah dan Sirup Kawis
3. Kawis, nah buah yang satu ini tidak akan bisa kalian jumpai kecuali di Rembang. Buah ini berbentuk bulat, kulitnya keras, dalamnya berwarna coklat. Jika kita mau makan maka pecahkan dulu kulitnya, kemudian ambil isinya kemudian tambahkan gula dan es. emmmmm,,, maknyusss deh buat buka puasa. Selain di makan mentahan, kawis juja banyak yang di olah seperti di buat dodol dan sirup. Sirup ini namanya 'Kawista'  biasanya paling banyak kita jumpai saat lebaran. harganya juga tidak terlalu mahal kok. cukup dengan Rp 60.000,00  kita mampu memuaskan diri kita untuk minum sirup kawista asli Rembang.
R.A. Kartini
Mungkin kalian yang pernah ziarah walisongo sudah pernah ke Rembang, namun kalian tidak menyadarinya. Coba di ingat-ingat yaa??? Pernah ke Sunan Bonang? Nah itulah Rembangku. Ada batu layar, makam Nyi Cempo (orang China), dan juga Pasujudan Sunan Bonang. Ooo iya selain itu juga, kalian harus tahu pahlawan emansipasi wanita lohhh. Yaaa,,, R.A. Kartini. Beliau menikah dengan Raden Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat yang tak lain adalah bupati Rembang. Jadi makam beliau berada di Rembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar